APTRI PG Kebon Agung : Pupuk dan Kredit Untuk Petani Tebu Lancar

Pengadaan Pupuk dan Kredit untuk Petani tebu yang tergabung dalam Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) PG Kebon Agung tidak pernah mengalami permasalahan. Dwi Irianto, Ketua APTRI Kebon Agung menuturkan ditempatnya kebutuhan pupuk dan kredit lancar dan tidak ada masalah.

APTRI bekerjasama dengan Koperasi Petani Tebu Rakyat melakukan distribusi pupuk. Koperasi-koperasi petani tebu rakyat bergabung dan membentuk koperasi sekunder yang salah satu bisnisnya adalah penyalur pupuk. Inilah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pupuk petani. Petani Tebu sudah tenang karena sebelum panen, buffer stock pupuk sudah ada ditangan kelompok tani, meskipun belum punya uang karena gulanya belum laku tetapi petani sudah punya pupuk,” katanya.

Kebutuhan Pupuk petani Tebu PG Kebon Agung tidak pernah mengalami kekurangan. Antara perusahaan dan petani saling memahami tugas dan fungsinya masing-masing. Perusahaan membantu permodalan dalam pembelian pupuk awal dan tidak ikut serta dalam menentukan distribusi pupuk.

Dwi Irianto mengatakan sebelum kredit cair pupuk harus kami tebus. Petani ini butuh pupuk banyak dalam bulan Oktober, November dan Desember pada musim hujan. Kalau koperasi beli pada musim itu saja maka tidak akan kebagian karena distribusi pupuk diatur bulanan. Bulan Januari, Februari, Maret dan lain-lain ada alokasi. Kami berusaha alokasi-alokasi ini kita ambil semua sehingga semua kebutuhan petani bisa dicukupi. Maka mulai awal tebang yaitu bulan Mei, Juni dan seterusnya setiap bulan alokasi pupuk ditebus. Untuk menebus ini tidak bisa gunakan kredit bank karena harus lunas dulu baru kredit baru bisa cair. Dalam hal ini dibutuhkan kepedulian perusahaan dengan menalangi dahulu dan dibayar setelah kredit cair.

Untuk tahun ini kredit tidak ada masalah, kami mencoba KUR (Kredit Usaha Rakyat) padahal banyak petani terkendala masalah agunan. Akhirnya cari cara dengan bank dan lahirlah KUR rasa KKPE (Kredit Ketahanan Pangan dan Energi). Kredit ini seperti model KPPE tetapi sebenarnya berasal dari KUR dan dapat berjalan.

Untuk kredit menurut Dwi Irianto masih kurang maksimal, kalau kemarin KKPE bisa mencapai Rp75 miliar, namun untuk tahun ini KUR hanya bisa Rp56 miliar karena persyaratannya yang cukup rumit. Dwi Irianto menuturkan yang penting semua areal binaan mendapat pupuk bersubsidi.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *